Rabu, 02 Desember 2009

Reorientasi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam

Orientasi pendidikan Islam masa kini sebenarnya lebih berusaha untuk melepaskan bayang-bayang keterkungkungan masa kegelapan yang selama ini dialami oleh umat Islam seluruh dunia dan lebih beromantika pada masa kejayaan Islam pada jama keemasannya yang sampai memproduk para tokoh muslim handal di bidang pengetahuan dan agama.

Pengetahuan dan agama sempat menjadi problem keresahan umat Islam, karena sejarah di dunia Barat ternyata pengetahuan dan agama tidak ketemu sama sekali. Pengetahuan merupakan bagian yang terpisah dan memang harus dipisahkan dari agama, karena berkaca dari kasus Galeleo yang menyatakan bahwa fatwa para ulama gereja yang menyatakan bahwa pusat tata surya adalah bumi ternyata tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, sehingga posisi agama menjadi rawan kebenarannya yang selama ini dipercayai sangat absolut.
Umat Islam sendiri juga ditakutkan dengan melakukan ijtihad-ijtihad (berfikir kreatif), karena persyaratan atau standar yang sangat sulit untuk bisa dicapai oleh generasi muslim masa kini. Seorang Mujtahid haruslah seorang yang zuhud, hafal al-Qur’an, hafal Hadis sekian ribu dan lain sebagainya. Standar yang cukup ideal ini menjadi semacam ketakutan umat Islam untuk melakukan inovasi-inovasi pemikiran yang bisa menjadikan peradaban Islam maju.

Pada saat ini tampaknya ketakutan itu mulai “pudar” dikarenakan tuntutan dan problem masyarakat yang luar biasa harus betul-betul dipenuhi, sebagian ada yang melakukan ijtihad itu dengan melakukan kesepakatan-kesepakatan ulama’ (ijma’), ada juga yang melepaskan diri untuk tidak bermadzhab (non madzhabi). Gerakan untuk melepaskan “kungkungan” madzhab ini lebih cenderung melakukan liberalisasi gaya berfikir baik dari kalangan golongan Islam tradisional, modern maupun trans nasional meskipun hasil berfikir liberal mereka masih belum bisa menjadi standar baku bagi perilaku umat Islam, akan tetapi gerakan tersebut cukup menghentakan golongan “tua” seperti yang terjadi di organisasi sosial ke-Islaman yang ada di negeri Indonesia dengan gerakan liberalisasi model mereka sendiri. Liberalisasi ini sebenarnya lebih bermakna pembebasan gaya berfikir saja dan bukan berarti liberalisasi ini cenderung ke arah pe”murtad”an atau penghancuran terhadap syariat Islam, akan tetapi lebih ke arah berfikir non madzhabi.

Gerakan yang lebih ekstrim lagi di tubuh umat Islam adalah lebih ke arah inovasi-inovasi keimanan, seperti adanya gerakan yang percaya adanya nabi setelah Rasulullah SAW, atau gerakan muslim yang percaya pada turunnya wahyu pada abad ini. Gerakan ini muncul sebenarnya dalam rangka memecahkan problem sosial yang mungkin boleh dikatakan “akut” dan harus betul-betul ada solusi atau pikiran-pikiran inovasi (ijtihad) agar problem tersebut cepat teratasi.

Di dunia pendidikan sendiri gerakan untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan agama mulai gencar, karena para ilmuwan muslim masa kini sangat mempercayai bahwa pengetahuan dan agama sebenarnya bisa bersatu. Dampak yang sangat signifikan dari kepercayaan ini adalah terciptanya sistem pendidikan berparadigma integrasi dimana-mana. Di Indonesia sendiri pendidikan Islam mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi besar-besaran merancang kurikulum berparadigma integrasi dan terbukti sangat sukses diterima di masyarakat. Masyarakat merasa pendidikan agama perlu disajikan di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah. Disamping dapat menghantarkan peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan dan agama juga dikarenakan ketidaksempatan dan ketidakmampuan masyarakat untuk melakukan pendidikan di rumah atau keluarganya, karena keterbatasan pengetahuan dan juga keterbatasan waktu karena disibukkan oleh pekerjaan dan profesinya masing-masing.
Umat Islam juga merasa ketertinggalan dengan dunia barat, sehingga mau tidak mau mereka harus mengejar ketertinggalan tersebut agar tidak dijajah dan dihegemoni baik secara pemikiran maupun ekonomi yang pada ujungnya menurut kepercayaan umat Islam merupakan indikator tumbangnya sendi-sendi agama Islam

1 komentar:

  1. mungkin bisa dipost kan tentang struktur dasar ilmu pengetahuan pak,
    terimakasih

    BalasHapus